Presiden
Obama melakukan kunjungan ke kawasan Asia Pasifik. Diawali dengan menjadi tuan
rumah pertemuan APEC dengan agenda Trans-Pasific Partnership (TPP) dan
masalah zona perdagangan bebas Pasifik. Lalu berkunjung ke Australia dan
terakhir ke Bali untuk menghadiri KTT Asean+ atau East Asia Summit –EAS- yang berlangsung pada
17-19 November 2011.
Demi Kepentingan AS
Satu
hal yang pasti bahwa Obama adalah presiden dari negara yang menganut ideologi
kapitalisme. Imperialisme atau penjajahan adalah metode baku yang dilakukan
untuk menyebarkan kapitalisme dan menjaga dominasi kepentingan ekonomi dan
politik. Dalam konteks ini, kunjungan Obama ke kawasan Asia Pasifik ini sangat
penting.
Ben
Rhodes, wakil penasihat keamanan nasional untuk
komunikasi strategis dalam briefing media terkait kunjungan Obama itu,
mengatakan bahwa kunjungan ini sangat penting untuk melibatkan kawasan Asia
Pasifik yang dinamis itu guna menciptakan lapangan kerja, mengamankan
kepentingan AS dan mengokohkan nilai-nilai demokrasi. Pemerintahan Obama sejak
awal berusaha mengembalikan persekutuan AS di kawasan, menguatkan posisi AS dan
memastikan bahwa AS tetap menjadi kekuatan ekonomi dan keamanan yang dominan di
Asia Pasifik dan lebih luas (http://www.whitehouse.gov/the-press-office/2011/11/09/press-briefing-previewing-presidents-trip-hawaii-australia-and-indonesia).
Saat
ini perekonomian Eropa sedang stagnan bahkan mengalami kelesuan setelah hal
sama lebih dulu melanda perekonomian AS. Sementara itu, ekonomi kawasan Asia
Pasifik justru mengalami pertumbuhan dan PDBnya meningkat signifikan. Jumlah
penduduk Asia Pasifik yang sangat banyak juga merupakan potensi pasar yang
sangat besar. Disinilah kawasan Asia Pasifik saat ini menjadi kawasan paling
penting dan potensial bagi kepentinan ekonomi AS. Karena itu Rhodes juga
menjelaskan, bahwa agenda Obama dalam pertemuan APEC di Honolulu lebih
difokuskan pada agenda ekonomi terutama dalam rangka penciptaan jutaan lapangan
kerja. Obama berambisi untuk melipatgandakan ekspor pada tahun depan. Untuk
itulah Obama menggunakan pertemuan APEC untuk mensuport ekspor AS, meningkatkan
perdagangan, menghilangkan hambatan pasar di kawasan, membuka pasar dan
mencapai kesepakatan eksport dengan berbagai pemerintahan di Asia Pasifik. Disinilah
kenapa Obama (AS) begitu ngotot mengegolkan usulan zona perdagangan bebas Asia
Pasifik.
Sementara
dalam pertemuan East Asia Summit (EAS) di Bali, Obama akan lebih memfokuskan
pada masalah tantangan politik dan keamanan di kawasan. Dalam konteks ini, AS
ingin pertemuan East Asia Summit akan mencakup agenda nonproliferasi, keamanan
nuklir dan pengamanan material nuklir, dimana hal itu bergantung pada kerjasama
anggota EAS. AS juga berkepentingan dengan masalah keamanan maritim khususnya
laut Cina selatan. Amerika memiliki kepentingan keamanan dan komersial yang
dalam terhadap adanya semacam kode etik atau aturan yang jelas tentang
pendekatan anggota EAS bagi masalah keamanan maritim tersebut.
Obama
juga ingin menyeimbangkan kembali wilayah Asia, di mana demokrasi mulai muncul
dan pengaruh Tiongkok yang semakin besar. Artinya, AS ingin melibatkan
negara-negara di kawasan untuk membendung makin meluasnya pengaruh Cina,
khususnya di sekitar laut Cina Selatan. Obama akan memanfaatkan pertemuan di
Bali untuk menguatkan aliansi dengan negara-negara kawasan, terutama
negara-negara yang “mengepung” Cina. Karena itu di Bali, Obama akan melakukan
pertemuan bilateral dengan PM India Manmohan Singh untuk mendiskusikan
pembangunan regional, masalah Afganistan (tentu saja juga Pakistan) dan
pendalaman hubungan ekonomi dan komersial. India selama ini telah menjadi mitra
penting bagi AS dalam kontra terorisme dan keamanan kawasan Asia Selatan.
Menurut Rhodes, Obama juga akan melakukan pembicaraan bilateral dengan dua
sekutu penting AS di kawasan yakni Thailand dan Filipina untuk menguatkan
aliansi dalam masalah kontraterorisme, keamanan maritim, keamanan nuklir dan
memperluas hubungan komersial dengan Thailand dan Filipina. Selain itu, Obama
juga akan melakukan pembicaraan bilateral degan Presiden SBY. Menurutnya,
Indonesia penting karena merupakan salah satu negara kawasan yang ekonominya
tumbuh cepat, selain juga menjadi mitra kunci bagi AS dalam masalah dari
masalah kontra terorisme sampai masalah keamanan meritim.
Jadi
jelas kedatangan Obama ke Bali ini lebih untuk merealisasi kepentingan
penjajahan negara Paman Sam itu. Yaitu untuk menguatkan aliansi dengan
negara-negara kawasan dan melibatkan negara-negara kawasan untuk merealisasi
kepentingan AS terkait keamanan maritim, disamping untuk menghadapi perluasan
pengaruh Cina. Disitulah strategisnya penguatan aliansi dengan negara yang
mengepung Cina seperti India, Thailand, Filipina, Jepang, dsb. Dan dalam
merealisasi hal itu, AS ingin Indonesia yang menjadi koordinator ASEAN dan tuan
rumah East Asia Summit memainkan peran kunci. Pada akhirnya semua itu adalah
untuk mengokohkan dominasi, pengaruh dan penjajahan AS di kawasan.
Terkait
khusus dengan masalah Indonesia, entah berhubungan atau tidak, kedatangan Obama
ke Bali ini terjadi disaat salah satu perusahaan AS yakni Freeport tengah
menghadapi masalah baik dengan pemerintah maupun karyawan. Dari yang
sudah-sudah, masalah yang dihadapi perusahaan AS biasanya akan selesai setelah
kunjungan pejabat AS ke negeri ini, seperti dalam kasus Blok Cepu, Exxon di Natuna,
dsb.
Kunjungan
ini juga langsung atau tidak juga ada hubungannya dengan masalah Papua. Menjelang
kunjungan Obama, menlu AS Hillary Clinton angkat suara mengenai konflik di
Papua. Hillary menyampaikan kekhawatiran akan kondisi HAM di Papua. Ia menyerukan
adanya dialog untuk memenuhi aspirasi rakyat di wilayah konflik tersebut (AFP,
11/11).
Secara
politik, AS berkepentingan untuk menjaga Asia
Tenggara dengan berpenduduk Muslim terbesar di dunia sebagai representasi dari
Islam Moderat. Yakni, model Islam yang lebih dapat mengakomodasi kepentingan
penjajahan global AS di Dunia Islam. Dalam hal ini, Indonesia diinginkan
menjadi model negara di mana
demokrasi, Islam, dan modernitas dapat hidup berdampingan secara damai. Bak
gayung bersambut, Presiden SBY mengatakan
Indonesia pada masa depan akan menjadi contoh negara di dunia yang mampu
menjalankan prinsip demokrasi, Islam, dan modernisasi tanpa konflik (voanews.com, 13/11).
Tolak Obama
Jelaslah,
Kunjungan Presiden Obama dalam KTT Asean
dan KTT terkait tidak lain adalah untuk mengokohkan kepentingan penjajahan AS
di wilayah Asia Timur, termasuk Indonesia. Kehadiran Obama dalam forum itu
untuk memastikan bahwa wilayah itu secara politik dan ekonomi tetap menganut
sistem dan ideologi kapitalisme. Indonesia dijadikan salah satu contoh untuk
merealisasi hal itu di tengah umat Islam dunia. Dan secara praktis, kepentingan
ekonomi dan politik AS tetap terjaga. Artinya, kehadiran Presiden Obama tidak
lain adalah untuk semakin mengokohkan penjajahan atau imperialisme AS atas
wilayah ini. Islam mengharamkan kaum Muslim
memfasilitasi atau bahkan memberi jalan semua itu. Allah SWT berfirman:
dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada
orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. (QS an-Nisa’ [4]: 141)
Disamping
itu harus diingat, Obama adalah presiden dari sebuah negara yang saat ini
jelas-jelas tengah menjajah negeri Muslim dan memerangi kaum Muslim, seperti di
Irak, Pakistan dan Afghanistan. Akibatnya, negara-negara itu kini hancur
berantakan. Bukan hanya secara fisik, tapi juga secara sosial, politik, ekonomi
dan budaya. Tak terhitung besarnya korban dan kerugian yang ditimbulkan. Dengan
semua itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam. Ketika umat
Islam diserang maka yang diperintahkan oleh Allah adalah membalas serangan
setimpal dengan serangan itu (QS al-Baqarah: 194).
Serangan
terhadap satu negeri Islam hakikatnya adalah serangan terhadap seluruh umat
Islam. Sebab sebagaimana sabda Nabi saw, umat Islam itu ibarat satu tubuh. Oleh
karena itu, dalam pandangan syariat Islam, AS sekarang ini termasuk kategori muhariban
fi’lan atau negara yang dalam status memerangi umat Islam secara de facto.
Presiden dari sebuah negara seperti itu harus ditolak
sebagai tamu. Sebab
muamalah dengan negara kafir muhariban fi’lan adalah muamalah perang.
Allah SWT juga melarang kaum Muslim mengambil musuh Allah
dan musuh umat sebagai teman dekat dan kepadanya kaum Muslim memberikan loyalitas
(QS Mumtahanah : 1). Allah SWT juga berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil
menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena)
mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai
apa yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa
yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. (QS Ali Imran : 118
Wahai Kaum Muslim
Kemuliaan, kesejahteraan dan keridhaan Allah hanya bisa
diraih dengan menegakkan kehidupan Islami yang di dalamnya
diterapkan syariah Islam di bawah naungan Khilafah. Hanya dalam kehidupan
seperti itu saja, izzul Islam wal muslimin termasuk
perlindungan terhadap negeri-negeri muslim, politik, ekonomi dan martabat serta
kehormatan umat Islam bisa diujudkan. Wallâh a’lam bi ash-shawâb. []
Komentar:
KPK menemukan lebih dari 4.000 izin tambang batubara
bermasalah di sejumlah daerah di Indonesia. Hal itu menyebabkan negara
dirugikan hingga triliunan rupiah (Kompas, 15/11)
- Lebih merugikan lagi, kekayaan alam, bukan hanya batu bara, justru diserahkan kepada asing. Umat dirugikan hingga ribuan triliun.
- Itulah akibat penerapan sistem kapitalisme demokrasi yang menyengsarakan manusia bahkan binatang, tetumbuhan dan batu.
- Selamatkan umat dan kekayaan milik umat dengan menerapkan syariah dalam bingkai khilafah ‘ala minhaj an-nubuwah.
0 Komentar